Nelayan Tak Takut Ombak, Tapi Takut Izin

Ketika berbicara tentang nelayan, kebanyakan orang membayangkan mereka menantang ombak besar di tengah laut. Tapi faktanya, banyak nelayan masa kini bukan lagi takut pada badai atau gelombang tinggi — mereka justru lebih takut pada urusan izin dan birokrasi.

1. Ombak Bukan Lawan Utama

Sejak dahulu, keberanian nelayan dalam menghadapi laut sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Ombak besar, badai dadakan, dan cuaca buruk adalah risiko sehari-hari yang harus mereka hadapi. Meski demikian, mereka selalu punya keyakinan kuat dan kemampuan untuk membaca tanda-tanda alam.

Laut yang tak menentu tak pernah benar-benar membuat mereka mundur.

2. Birokrasi Izin yang Mencekik

Yang membuat banyak nelayan kecil merasa frustasi justru adalah tumpukan aturan dan izin. Untuk bisa melaut, mereka diharuskan mengurus berbagai dokumen, mulai dari izin kapal, peralatan tangkap, hingga aturan baru soal zona penangkapan.

Setiap perubahan kebijakan bisa membuat aktivitas nelayan menjadi terhambat, bahkan berisiko terkena sanksi bila ada satu saja syarat yang terlewat.

3. Beban Tambahan untuk Nelayan Kecil

Masalah perizinan ini paling berat dirasakan oleh nelayan tradisional. Mereka yang hanya memiliki kapal kecil dan alat tangkap sederhana tetap harus mengikuti prosedur yang sama rumitnya dengan kapal besar. Biaya, waktu, dan tenaga yang dibutuhkan kadang tak sebanding dengan hasil tangkapan mereka.

Akibatnya, banyak nelayan memilih untuk tetap melaut dengan risiko “diam-diam,” atau bahkan meninggalkan profesi ini sama sekali.

4. Harapan untuk Masa Depan

Bukan berarti nelayan menolak aturan. Mereka hanya berharap prosedur perizinan bisa lebih adil dan sederhana, agar nelayan kecil bisa tetap hidup tanpa dihantui rasa takut berlebih.

Dengan pengelolaan yang bijak, kelangsungan hidup nelayan dan keberlanjutan laut bisa berjalan berdampingan.

Related Posts

Jurnalisme Jalanan: Menguak Kisah dari Pinggiran Kota

Suara yang Tak Terdengar di Media Arus Utama Media besar sering menyoroti isu nasional, politik, atau ekonomi makro. Namun, kehidupan sehari-hari masyarakat marginal—dari pinggiran kota hingga lorong-lorong kumuh—sering luput dari…

Komunitas Jalanan: Suara Perlawanan yang Tersisih

Suara dari Pinggir Jalan Di sudut-sudut kota, di tembok kusam, jembatan layang, hingga ruang-ruang publik terlupakan, hidup komunitas jalanan yang terus bersuara. Mereka bukan sekadar pelukis grafiti, musisi jalanan, atau…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You Missed

Stimulus Natal: Janji Pemerintah, Harapan Masyarakat

Stimulus Natal: Janji Pemerintah, Harapan Masyarakat

Jurnalisme Jalanan: Menguak Kisah dari Pinggiran Kota

Jurnalisme Jalanan: Menguak Kisah dari Pinggiran Kota

Film Tentang Kesepian di Kota Besar: Suara yang Terbungkam

Film Tentang Kesepian di Kota Besar: Suara yang Terbungkam

Kota Tanpa Tradisi: Kehilangan Rasa Gotong Royong

Kota Tanpa Tradisi: Kehilangan Rasa Gotong Royong

Seni Publik: Antara Dana Negara dan Kemandirian Kreatif

Seni Publik: Antara Dana Negara dan Kemandirian Kreatif

Serial TV yang Mengangkat Isu Sosial dan Perlawanan

Serial TV yang Mengangkat Isu Sosial dan Perlawanan