
Suara yang Tak Terdengar di Media Arus Utama
Media besar sering menyoroti isu nasional, politik, atau ekonomi makro. Namun, kehidupan sehari-hari masyarakat marginal—dari pinggiran kota hingga lorong-lorong kumuh—sering luput dari pemberitaan. Jurnalisme jalanan hadir sebagai perlawanan terhadap diamnya media arus utama.
Wartawan warga, relawan dokumentasi, hingga aktivis komunitas menjadi garda depan. Mereka bukan sekadar melaporkan fakta, tetapi menghadirkan kisah nyata yang dialami sendiri atau dilihat langsung di lapangan.
Apa Itu Jurnalisme Jalanan?
Jurnalisme jalanan adalah bentuk jurnalisme alternatif yang dikerjakan oleh masyarakat biasa, bukan jurnalis profesional. Ciri-cirinya antara lain:
- Berbasis pengalaman langsung: liputan diambil dari kehidupan sehari-hari di pinggiran kota.
- Menggunakan media sederhana: kamera ponsel, blog pribadi, kanal YouTube, hingga mural dan grafiti.
- Fokus pada isu marginal: kemiskinan, penggusuran, buruh harian, anak jalanan, hingga kehidupan pedagang kecil.
- Nada perlawanan: jurnalisme ini bukan netral, melainkan memihak mereka yang sering diabaikan.
Mengapa Penting?
- Mengisi kekosongan media
Ketika media arus utama terjebak dalam kepentingan iklan dan politik, jurnalisme jalanan merekam kisah nyata tanpa sensor. - Membangun kesadaran sosial
Foto atau laporan singkat di media sosial bisa membuka mata publik bahwa ada kehidupan yang keras di balik gedung pencakar langit kota. - Memperkuat komunitas
Dengan menulis atau merekam, warga pinggiran kota menemukan cara untuk mengklaim kembali ruang narasi yang selama ini dikuasai elite.
Contoh Praktik Jurnalisme Jalanan
- Blog warga rusun yang mendokumentasikan masalah air bersih dan keamanan lingkungan.
- Kanal YouTube pengamen jalanan yang mengisahkan perjuangan mereka mencari penghidupan.
- Laporan visual relawan saat terjadi penggusuran paksa di bantaran sungai.
- Karya seni jalanan berupa grafiti yang berisi pesan politik tentang ketidakadilan.
Semua itu memperlihatkan bahwa informasi bisa lahir dari bawah, bukan hanya dari redaksi media besar.
Tantangan Jurnalisme Jalanan
Meski penting, jurnalisme ini menghadapi banyak hambatan:
- Kurangnya perlindungan hukum bagi wartawan warga yang meliput isu sensitif.
- Akses terbatas pada teknologi dan distribusi informasi.
- Risiko intimidasi dari pihak berkuasa atau pengusaha yang merasa dirugikan.
Namun, tantangan tersebut justru menegaskan betapa berharga dan beraninya suara mereka.
Penutup
Jurnalisme jalanan bukan sekadar “laporan amatir.” Ia adalah cermin sosial dari mereka yang hidup di pinggiran kota, yang sering terpinggirkan oleh narasi besar. Dari lorong-lorong kumuh hingga rusun sederhana, jurnalisme ini mengingatkan kita bahwa suara rakyat biasa sama pentingnya dengan wacana elite.
Di era informasi digital, saat semua orang punya kamera dan akun media sosial, jurnalisme jalanan semakin mungkin tumbuh—menjadi ruang alternatif untuk menguak kisah dari pinggiran kota.