
Kita sering mengartikan sunyi sebagai ketiadaan suara. Tapi, siapa bilang sunyi itu benar-benar diam? Dalam dunia yang penuh bising—dari notifikasi, percakapan singkat, berita yang tak henti-henti—justru kesunyianlah yang paling keras berteriak jika kita mau mendengarnya.
Sunyi adalah ruang. Bukan kekosongan, tapi wadah. Ia menjadi tempat bagi kita untuk benar-benar bertemu diri sendiri, mendengar isi hati yang selama ini kita tutupi dengan rutinitas dan distraksi.
Ketika kamu duduk sendiri, tanpa suara musik, tanpa gangguan layar, dan hanya ditemani pikiran yang mungkin kacau atau bingung—itulah saat paling jujur dalam hidupmu. Sunyi bukan musuh, tapi cermin. Ia memantulkan pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah sempat kita jawab: “Apa aku bahagia?”, “Kenapa aku terus merasa kosong?”, “Apa tujuan dari semua ini?”
Kita terbiasa takut pada sunyi, karena ia memaksa kita menghadapi hal yang tidak ingin kita pikirkan. Tapi justru dari situlah kekuatan tumbuh. Kesadaran, keberanian, dan ketenangan lahir dari keberanian menyelami sunyi.
Jadi, lain kali saat dunia terasa terlalu bising, cobalah mendekat ke sunyi. Duduk sejenak, tarik napas, dan dengarkan—mungkin ada hal penting yang selama ini kamu abaikan. Karena sunyi itu nyaring, jika kita mau benar-benar dengar.