
Di tengah derasnya arus informasi dan perbincangan yang silih berganti di media sosial, ada kelompok orang yang memilih diam—bukan karena tak punya suara, tapi karena mereka tak ingin hidupnya ditentukan oleh apa yang sedang ramai dibicarakan.
Mereka ini bukan anti-sosial. Mereka bukan pula orang yang tidak peduli dunia. Mereka hanya punya cara lain dalam menjalani hidup: tak tergesa, tak reaktif, dan tidak terjebak dalam siklus opini publik yang berubah setiap hari.
Hidup yang Tidak Bergantung pada Notifikasi
Mereka bangun pagi tanpa mengecek trending di Twitter atau daftar terpopuler di TikTok. Sarapan mereka bukan ditemani headline, tapi cahaya matahari, secangkir kopi, dan percakapan langsung.
Fokus pada Realitas, Bukan Viralitas
Bagi mereka, hal penting bukan yang viral, tapi yang nyata. Mereka lebih peduli dengan kondisi tetangga sakit daripada drama selebritas. Lebih tertarik memperbaiki keran bocor di rumah dibanding meributkan siapa yang dibatalkan internet hari ini.
Pilihan Bukan Ketertinggalan
Dianggap tidak update? Bisa jadi. Tapi buat mereka, itu bukan ketertinggalan. Itu adalah bentuk perlawanan kecil terhadap dunia yang serba cepat, serba instan, dan sering kali serba kosong.
Diam yang Penuh Arti
Dalam keheningan dari keramaian digital, mereka membangun hidup yang utuh. Mereka membaca buku sampai selesai, mendengar tanpa menyela, dan mengisi hari tanpa perlu validasi dari algoritma.