Dulu, berita dianggap sebagai penjaga gerbang kebenaran. Kini, ia lebih mirip produk di rak supermarket—disusun, dikemas, dan dijual demi klik, rating, dan sponsor. Kita hidup di era di mana berita tidak lagi netral, tapi bisa dipoles sesuai kepentingan.
Pertanyaannya: masih adakah ruang untuk kebenaran di antara iklan dan algoritma?
đź“° Ketika Berita Jadi Komoditas
Di dunia yang dikuasai atensi, berita bukan sekadar informasi—tapi konten. Judul dimanipulasi agar viral, narasi diarahkan agar emosional, dan fakta dipoles agar sesuai selera pasar. Tak jarang, siapa yang membayar, dia yang menentukan arah ceritanya.
“Objektivitas sering kalah oleh kebutuhan bertahan hidup secara komersial.”
⚠️ Tanda-Tanda Berita Sudah Jadi Dagangan
- Headline Clickbait, Isinya Minim Fakta
Judul bombastis hanya pancingan. Informasi penting dikaburkan atau bahkan tak disampaikan. - Ada Brand atau Sponsor di Balik Liputan “Netral”
Liputan produk, figur publik, atau isu sosial bisa jadi iklan terselubung yang dibungkus sebagai berita. - Sudut Pandang yang Selalu Sama
Jika media hanya menyuarakan satu pihak terus-menerus, kita patut bertanya: siapa yang diuntungkan? - Penting Tapi Tidak Viral = Tidak Diliput
Banyak isu kemanusiaan atau lingkungan luput dari radar karena “tidak menguntungkan.”
📢 Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
- Kritis terhadap sumber. Cek siapa pemilik media, siapa sponsornya, dan bagaimana pola pemberitaannya.
- Bandingkan beberapa media. Jangan konsumsi satu suara saja.
- Dukung jurnalisme independen. Bukan yang paling besar, tapi yang paling jujur.
“Kebenaran hari ini bukan soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang masih berani berdiri tanpa bayaran.”